Tersebutlah sebuah kerajaan di Tanah Alas, Kerajaan Ngkran. Baginda Raja
dan istrinya sedang bersuka cita dengan hadirkan seorang putra belahan jiwa
mereka ke dunia yang diberi nama Si Layar.Semua rakyat juga sangat bahagia kecuali
paman angkat Si Layar yaitu Pengulu Muda.
Pengulu Muda lama berfikir dan akhirnya menemukan cara tepat melenyapkan Si
Layar dari kerajaan.Dia menjumpai ahli nujum istana dan membayar ahli nujum
untuk berbohong kepada raja perihal anaknya yang baru lahir ke dunia.
Dengan sangat
hati-hati ahli nujum menghadap raja.
“Ampun beribu
ampun tuanku Raja, ada yang hendak hamba
sampaikan berkenaan dengan putra baginda.”
“Apa itu wahai
ahli nujumku?
“Hamba mendapat
firasat bahwa putra baginda akan mendatangkan
bencana bagi rakyat dan Baginda Raja
sendiri.Akan datang musim kemarau panjang dan kedudukan Baginda akan digeser musuh.”
Raja sangat sedih mendengar berita ini tapi demi rakyat
dan kedudukannya terpaksa putranya dikorbankan.
Raja menyuruh orang membunuh anaknya, tapi istrinya berkata biar dia yang
melakukan. Si Layar dimasukkan ke dalam lumbung padi dan setiap waktu makan
tiba ibundanya mengantarkan makanan.
Tibalah musim kemarau yang berkepanjangan, lumbung padi istana kosong dan
ketahuanlah Si Layar berada di tempat itu saat lumbung itu dibersihkan.Raja
sangat marah.Si Layar yang kurus dan berkulit pucat diseretnya dan dikurung di
kandang kerbau.Ibundanya tidak kuasa mencegahnya.
Setiap hari Si Layar mengembala kerbau-kerbau istana atas perintah Baginda
Raja tanpa diberi jatah makan. Ibundanya diam-diam membungkuskan bekal untuk Si
Layar kemudian dititip ke pesuruh istana namun sayang ditukar Pengulu Muda
dengan dua bungkus abu pencuci piring.
Si Layar yang sudah hampir sebulan tidak makan, hanya makan pucuk-pucuk
daun muda dan minum air sungai sangat senang menerima bekal dari ibundanya.
Betapa terkejutnya dia saat membuka bungkusan abu beterbangan ke mukanya.
Melihat kejadian itu menangislah semua kerbau-kerbau yang digembalanya,
kerbau-kerbau itu tersungkur dan mati tanpa tersisa seekorpun. Si Layar yang
menggigil karna lapar dan ketakutan karna semua kerbau telah mati akhirnya
menghadap Ayahndanya, Baginda Raja.
Si Layar akhirnya tinggal dirumah bibinya di Natam. Bibinya mempunyai
seorang anak gadis bernama Beru Dinam yang cantik rupawan. Semua pekerjaan Bibi
dan Bangbru (suami bibi) dikerjakan oleh Si Layar dan Beru Dinam dengan saling
bekerja sama. Paman angkat Si Layar mengetahui keberadaan Si Layar. Paman angkat
yang tak lain Pengulu Muda lalu berangkat ke Natam.Ia menjumpai Si Layar dan
mengajaknya pergi ke Blang Kejeren (sekarang Kabupaten Gayo Lues) untuk membeli
kerbau, mengganti kerbau-kerbau yang mati.
Beru Dinam mempunyai firasat buruk atas ajakan Pengulu Muda, dia meminta Si
Layar memikir ulang keberangkatannya. Tapi Si Layar hanya tersenyum dan berkata
bahwa dia akan kembali dan membuktikan baktinya kepada ayahndanya dengan
melaksanakan perintah Raja membeli kerbau-kerbau istana ke Blang Kejeren. Walau
perjalanan ke sana dipenuhi dengan rintangan dan binatang buas yang siap
menerkam kapan saja.
Dengan mengendarai dua ekor kuda mereka berangkat menuju Blang Kejeren.Hari telah gelap saat mereka berdua sampai di Ketambe.Pengulu Muda mengusulkan mereka menginap di situ dan besok melanjutkan perjalanan. Ketambe yang tidak mempunyai penduduk sama sekali sangat mengerikan dengan semak belukar disekelilingnya. Si Layar menghidupkan api unggun sebagai penghangat udara.
Dengan mengendarai dua ekor kuda mereka berangkat menuju Blang Kejeren.Hari telah gelap saat mereka berdua sampai di Ketambe.Pengulu Muda mengusulkan mereka menginap di situ dan besok melanjutkan perjalanan. Ketambe yang tidak mempunyai penduduk sama sekali sangat mengerikan dengan semak belukar disekelilingnya. Si Layar menghidupkan api unggun sebagai penghangat udara.
“Cepatlah tidur Layar besok kita harus pagi buta
memulai perjalanan.”
Pengulu Muda membaringkan tubuhnya di atas tanah
Berbantal bulang.
“Iya paman, saya akan tidur sekarang.”
Si Layar menutup
matanya.
Selang dua jam Pengulu Muda bangun perlahan diambilnya balok besar
dipukulnya kepala Si Layar yang sedang tidur. Si Layar berteriak tapi tak ada
yang mendengar, dia pingsan dalam keheningan hutan Ketambe.
Pengulu Muda hendak melanjutkan perjalanan tapi ia berfikir kalau Si Layar
pulang ke Natam dan melaporkan peristiwa ini kepada Bibi dan Bangbrunya pasti
Pengulu Muda akan celaka maka kembali ia ke tempat Si Layar pingsan, diambilnya
parang di pinggangnya dipotongnya tubuh Si Layar kemudian dicampakkannya ke
sungai.
Seorang Syiah (orang bunian) melihat mayat Si Layar, ia berfikir masih bisa
menyelamatkan Si Layar karena detak jantungnya belum berhenti walau tubuhnya
telah terpotong-potong. Syiah itu menyambung potongan tubuh Si Layar dan
menutupnya dengan daun pisang setelah membaca mantra-mantra tubuh itu bersatu
dan terbangunlah Si Layar. Si Layar diangkat sebagai murid oleh Syiah itu. Ia
diajarkan ilmu bela diri, kebal senjata tajam, dan ilmu pengobatan dari
tumbuh-tumbuhan hutan.
Tibalah saatnya untuk kembali ke kampung Bibinya. Semua orang lari
terbirit-birit melihat kedatangan Si Layar yang isunya telah meninggal dan
kendaraannya tak lazim
dikendarai orang. Ternyata di rumah Bibinya ada Pengulu Muda yang sedang
membujuk Bibi dan Beru Dinam untuk meloloskan niatnya melamar Beru Dinam.
Betapa terkejutnya Pengulu Muda melihat Si Layar. Si
Layar menceritakan semua peristiwa yang dialaminya kepada Bibinya sekeluarga.
Pengulu Muda sangat marah dan langsung menyerang Si Layar. Pengulu Muda
akhirnya tewas juga dicabik-cabik harimau yang dikendarai Si Layar. Setelah
mencabik-cabik tubuh Pengulu Muda tanpa memekan dagingnya harimau itu lari
masuk hutan dan tak pernah kembali.
Si Layar akhirnya
menikah dengan Beru Dinam, mereka hidup bahagia.
No comments:
Post a Comment